Silahkan dinikmati saja & berpikirlah positif karenna ccerita ini hanya untuk hiburan belaka. PERHATIAN!!! HANYA UNTUK 17 TAHUN KE ATAS....!!!!!
Kadang aku
bingung memahami kehidupan ini. Dulu waktu di desa sebagai bujang ngejar-ngejar
wanita desa aja banyak yang menolak. Eh giliran sekarang jadi sopir pribadi
malah dapat rejeki nomplok. Bisa numpaki dan ngeloni nyonya majikanku yang
cuantiik buanget biar usianya sudah 35. Badan masih bagus, singset, kulit
kuning mulus. Hidung
mancung dan
di bibirnya suka muncul bintik-bintik kayak keringat. Syeddapp. Dulu sebelum
numpaki nyonya aku sering curi-curi pandang
Demi
melihat hidung dan bibirnya itu. Dia tahu, tapi cuek. Pura-pura kali ya.
Wanitakan suka ditatap penuh nafsu oleh laki-laki. Meskipun oleh sopirnya kayak
aku ini. Memang sih suka menampakkan tampang tidak suka kayaknya sebal gitu
lho, duluu kala, tapi aku nggak percaya kalau dia sama sekali nggak senang dan
tersanjung. Naluri wanitakan sama. Mau babu, mau model iklan, kalau ada
laki-laki yang memperhatikan berarti dirinya masih dinilai cantik. Wanita kalau
nggak ada yang memperhatikan padahal sudah dandan habis-habisan bisa bete
seharian deh. Merana. Mikirin dirinya yang sudah tidak menarik lagi (meskipun
hanya sopir tapi saya pernah belajar psikologi wanita, dari buku yang kubaca di
tukang loak ketika sambil menunggu tuan belanja waktu itu. He… he…
Nyonyaku
katanya eks primadona kampus. Tapi namanya manusia, biar mantan primadona atau
mantan pramuniaga kalau sudah digigit kesepian yang amat sangat sekali dan
sudah tak tertahankan ya harus mencari solusinya. Boleh jadi orang disekitarnya
bisa digoda pula. Ingat kasus nyonya muda Pondok Indah yang beradu syahwat sama
pembantunya yang sudah tua? Awalnya suka membentak-bentak memarahi sang bapak
pembantu rumah tangga itu eh lama-lama malah suka dan ketagihan dihentak-hentak
oleh si bapak itu dalam gairah asmara yang ganjil.
Itulah
dunia erotis, susah dicerna tetapi sebenarnya mudah diterima dengan suatu sudut
pandang yang polos. Jadi teorinya sederhana saja sesungguhnya, bahwa yang
namanya syahwat itu adalah suatu naluri dasar. Naluri yang dibawa manusia sejak
lahir ke dunia ini. Dia belum mengenal adat, tata krama, hukum, dsb.
Benar-benar murni. Setelah mulai menjadi dewasa maka manusia menjadi milik
lingkungannya. Harus peduli sama lingkungan sosialnya. Padahalkan awalnya nafsu
itu nggak ada kaitannya dengan ideologi, sosial, ekonomi, politik, budaya dan
hankam segala deh (inget pelajaran SMP).
Nah
lebih-lebih bila nafsunya itu ternyata memberi pengalaman kenikmatan yang tiada
tara yang tidak didapatkan dari pasangan resminya. Wah tambah ketagihan deh.
Lha yang awalnya diperkosa aja ada yang akhirnya bisa menikmati, apalagi bagi
yang didasari sama-sama butuh. Para pelaku yang sudah pengalaman merasakan
nikmatnya bersenggama pasti pusing deh kalau lama nggak digauli lawan jenisnya.
Emang
sumpah nggak kepikir di benakku kalau aku orang yang jelek dan kampungan ini
ternyata kebagian juga mendapat anugerah dalam bentuk wanita cantik. Yaitu bisa
menikmati seluruh lekuk tubuh dan khususnya memek sang eks primadona yang wangi
itu. Hehehe. Enak gila. Sudah gratis eh malah dihadiahin lagi. Nggak usah maksa.
Nggak usah merayu. Nggak usah mikirin kasih makan. Nggak usah rebutan segala.
Kebayang dulu ketika beliau masih mahasiswi, wah pasti seru ajang kompetisinya.
Kayak AFI kali. Yang ngrebutin pastilah ada anak orang kaya, yang ganteng, yang
bonafid, yang playboy, yang aktivis, yang jagoan olah raga, dan seterusnya.
Tereliminasi semua bleh. Rugi mereka. Mending jadi sopir kayak aku ini nggak
usah modal kuliah segala. Hihihi.
Sebenarnya
aku kadang suka melamun (melamun adalah satu-satunya harta kekayaanku) mencari
pemahaman mengenai keadaan ini. Siapa yang salah ya? Tuanku yang terlalu sibuk
cari duit demi menyenangkan hati nyonya, atau nyonya yang nggak punya kesibukan
(emang dari dulu dilarang tuan kerja karena bisnis tuan masih berjalan dengan
baik bahkan cenderung meningkat pesat).
Sempet juga
aku juga merasa kasihan sama tuanku kalau dia hanya mikirin bisnisnya melulu.
Cari duit banyak-banyak maunya demi kebahagiaan istri eh malah istri jarang
dinikmati alias banyak dianggurin aja. Tahu deh kalau di luar suka jajan atau
nyimpen WIL. Tetapi kalau sampai nyimpen WIL segala apa ya maksimal
pemakaiannya. Paling dipakainya pas lagi refreshing, itupun kalau sempet.
Bisnismen itu pasti lebih banyak sibuk ke bisnisnya ketimbang ngurusin
lain-lainnya. Gitu kali. Tapi yang penting prinsipku: urusan atas adalah
kewajiban tuanku (mulut yang dikasih makan), urusan bawah (vegy yang dikasih
semprotan) adalah jatahku.
Adilkan?
Menurut kaca mataku sih orang-orang sibuk kayak tuanku itu mending memperistri
babu. Kalau capek pasti dengan suka rela mau mijitin. Nggak banyak protes. Siap
mendengar keluh kesah setiap saat tanpa berani menyela. Menurutku lhoo. Nah
yang cantik-cantik kayak nyonya dan mudah kesepian itu jodohnya ya laki-laki
yang punya banyak waktu luang untuk memperhatikan dan siap sedia setiap saat
kalau dibutuhkan. Misalnya sopir kayak aku ini. Huahahaha. Tapi masuk akalkan?
Gimana nggak masuk akal.
Orang
seelite tuan pasti sudah biasa ketemu wanita kelas tinggi yang cantik-cantik.
Karena sudah biasa maka ya jadi biasa. Lha orang kayak aku ini kan selalu
melotot dan melongo melihat wanita-wanita sekelas nyonya. Pasti bawaannya kagum
dan kagum melulu. Melamun sepanjang hari gimana bisa ngentot dengan
wanita-wanita kelas ini. Sama halnya dengan nyonya, bergaul sama laki-laki
berkelas pasti sudah biasalah. Yang jarang adalah bergaul dengan laki-laki
kasar.
Pasti
menimbulkan khayalan erotis untuk bersenggama dengan para lelaki kasar, yang
berotot, ngomong sembarangan, berpeluh kalau bekerja, hidupnya cuma untuk hari
ini, dan bla-bla. Pastilah menimbulkan empati campur sensasi begitu. Hahaha.
Nah
gara-gara sering diminta melayani nyonyaku yang hobi kesepian itu aku dimanjain
dengan hadiah-hadiah mahal. Kadang-kadang sih. Misal dibeliin baju, sepatu,
minyak wangi dan sebagainya yang bermerk. Sekarang aku kenal baju merk Arrow,
kata orang sih harganya ratusan ribu. Tapi aku nggak berani pakai kalau lagi
ada tuan, nanti ditanya kok bisa beli baju mahal. Masak mau nggak makan
setengah bulan demi beli baju semahal itu. Kan bisa ketahuan, kasihan nyonya.
Aku sih paling dipecat. Lha kalau nyonya dicerai? Apa ya mau ikut aku jadi
istri keduaku. Pasti enggak mau. Memang lucu juga ya. Urusan perut sama bawah
perut bisa demikian jauhnya. Tapi nggak apa-apa. Mendingan begini.
Jauh lebih
menguntungkan bagiku. Dikasih tapi nggak dituntut. Kayak bintang sinetron yang
dituduh memperkosa seorang cewek, disebarluaskan di media massa. Coba kalau
yang memperkosa cuma tukang ojek, preman, kuli, atau sopir nggak bakalan
diberita-beritain besar-besaran sama korban. Nggak usah dituntut kawin cukup
laporin polisi aja (atau malah dipetieskan aja kasusnya). Lha, apa malah nggak
enak. Kalau mau dipenjara ya nggak masalah. Nggak punya apa-apa ini kecuali
kolor. Dibiarkan bebas ya lebih asyik bisa cari yang lebih ranum lagi. Enak
juga sebenarnya yah kaum ‘nothing to lose’ alias kaum yang cuma bermodal nafas
ini. Hehe.
Tiba-tiba
lamunanku dibubarkan secara sepihak oleh nyonya.
“Rusmiin..
Hayo sore-sore gini sudah bejo (bengong jorok) ya. Kebeneran, sini masuk kamar,
Dear”
Tugas
sampingan sudah memanggil-manggil. Syeddaapp. Kebetulan kami dua hari ini lagi
nginep di villa keluarga di daerah puncak. Tuan seperti biasa lagi urusan ke
luar kota. Anak-anak nyonya pada mau ujian jadi mereka harus belajar di rumah.
Ibunya beralasan mau menengok villa-nya dan kebun buah-buahannya. Berdua saja
kami ini. Makanya nyonya berani teriak-teriak semaunya ketika mau ngajak ML.
Kulihat nyonya sudah pakai daster tipis putih dan sedang duduk di pinggir
ranjang. Kaki kanan diangkat di bibir ranjang sementara yang kiri menyentuh
lantai. Waduh seksi sekali Yayangku ini.
“Wah sudah
nggak sabaran yah Yang?”
“Iya tahu,
mau cepetan dirudal ama penismu yang nggak kira-kira gedenya itu. Ayyoo cepetan
sinnii. Jangan sok maless gitu aah..”
Aku emang
kadang suka menggodanya dengan berlagak malas melayaninya. Kalau udah gitu
kemanjaan nyonya suka muncul.
“Iya deh,
mau apa dulu nih Say?”
“Jilatin
seluruh tubuhku tanpa tersisa. Ini perintah..!”
Lalu
dasternya telah merosot ke bawah secara kilat. Seperti biasa kalau sudah siap
tempur nyonyaku nggak pakai CD dan Bra. Sudah polos total. Dia tengkurap. Aku
mendekat. Kumulai jilatan dari ujung jari kaki.
“Ehm”
Belum
apa-apa. Pelan-pelan sekali kujilat dan kuhisap jari-jarinya satu per satu.
Telapak kakinya. Betisnya yang berbulu agak jarang dan panjang-panjang. Bikin
naik darah.
“Emh..”
Mulai ada reaksi. Pindah ke kaki satunya.
“Emh..”
Lagi ketika tiba di betis.
Kuteruskan
ke arah paha belakang. Permainan semacam ini memang perlu kesabaran tersendiri.
Di samping itu juga membantuku untuk tidak cepat naik selain membantunya untuk
mulai warming up duluan. Oh ya perlu kuberitahu, sejak aku didayagunakan begini
jadi rajin minum jamu kuat kalau enggak wah bisa remuklah aku. Kuat banget dan
tahan lama sih nyonya mainnya.
“Ahh..
Hemhh..”
Begitu
bunyi mulutnya ketika lidahku mulai mengusap pangkal pantatnya (Mau enggak ya
tuan disuruh begini ama nyonya? Mungkin inilah kelebihanku mau apa aja. Biarin,
gratis dan ueennakk ini. Hehehe.) Kubikin lama dalam melulurin area x,
kubikinnya libidonya memuncak lebih cepat. Kupercepat sapuanku. Kuselingi
dengan sodokan-sodokan memasuki celahnya.
“Aauuhh..
Auuhh.. Auuhh.. Ruuss..”
Mulai
kepanasan dia. Basah. Kuremas-kuremas pantatnya yang montok putih mulus. Lalu
kujulurkan tangan kananku menuju punggung. Kuusap sejenak terus menukik melesak
ke bawah, teteknyalah sekarang sasaran sentuhanku.
“Buussyyeet..
Ruuss.. Pentil.. Ooh.. Ya.. Yaa.. Pentilku diusap.. Ussaaph.. Ahh ”
Aku
merambat naik dan kukangkangi dengan sedikit merapat. Tidak kontak ketat. Gesekan-gesekan
burungku yang masih dalam sangkar celana sengaja kuarahkan ke pantatnya.
Kujilati pinggang, punggung, pundak, leher, belakang telinga.
Dan, “aahh
balikk..” Nyonya membalikkan badannya.
Sebenarnya
aku sudah enggak tahan mengulum bibirnya. Penisku sudah demikian kencangnya.
Tapi ya sabar dah. Belum ada perintah selain menjilat sih. Kumulai menjilati
leher depan, turun ke ketiak yang licin, ke lengan, telapak tangan, jari, ke
dada. Di sekitar itu aku berlama-lama. Kuputari gunung kembarnya bergantian.
Kiri-kanan. Kiri-kanan. Diselingi mengisep pentilnya.
“Auh..
Auh.. Auhh.. Ah.. Ahh”, tangannya mulai menjambak rambutku dan kadang
ditekan-tekannya kepalaku agar teteknya mendapat kenikmatan paripurna. Sesek
napas juga sih kalau kelamaan. Kucek selangkangannya. Woow, tambah basah.
Kupegang tangan satunya lalu kuarahkan untuk mulai mengusapi dan memencet
rudalku. Menurut dia.
“Kulum,
Dear” Dengan menjatuhkan berat badanku sementara kakinya sudah mulai
mengangkang, tangan kiriku keselipkan dibawah punggungnya, tangan kananku
memegang tetek kanannya, maka kuserbu bibirnya tanpa ampun. Saling memilin
lidah kami. Saling tumpah ludah kami. Sambil kusodok-kusodokkan burungku yang
masih tersimpan dalam sangkarnya tepat di area tempiknya (memeknya). Gemes aku
ingin memasukkan. Tapi ada kenikmatan juga ketika menyodok namun terhambat.
Meskipun
agak sakit juga. Sensasi begini kadang lebih mengasyikkan ketimbang main masuk
langsung. Terus kukulum, kuhisap, kujilat, ambil napas, lalu serbu lagi.
Seperempat jam kami beradu mulut dan bibir. Setelah mengambil nafas sebentar
kukulum hidung bangirnya. Kujilati. Aku hobi juga mengulum dan menjilati
hidung-hidung yang mancung begini. Kadang kumasukkan (tentu saja tidak masuk,
bego) lidahku ke lobang-lobangnya. Kakinya yang kanan mulai membelit,
menumpangi kaki kiriku.
“Lepass
baaju dann celanamuu..”
Kulepaskan
ikatan ragawi kami. Turun dari ranjang untuk menelanjangi diriku. Polos.
Kunaiki ranjang lagi. Kutempelkan penisku mengarah ke bawah memeknya sehingga
dalam posisi masih bebas di luar liangnya. Kutindih lagi. Kunikmati setiap
inchi tubuh halus mulusnya melalui kontak tubuh kami yang penuh. Kalau bisa
tidak ada yang lolos. Kulanjutkan dengan adu ciuman. Kujilati dagunya, pipinya,
kukulum kupingnya. Mendongak-dongak dia. Desahnya semakin kacau. Jepitan
kakinya sudah dua sekarang. Tiba-tiba tangannya merogoh burungku.
Ditekan-tekannya ke arah bibir liang.
Lalu,
“slep..” Masuklah burungku. Kubiarkan berdiam diri dulu. Aku masih menikmati
kontak total begini sambil menggeliat-geliat. Kuingin menikmati tekanan
tetek-teteknya di dadaku lebih lama. Kuingin menikmati gesekan-gesekan antar
paha, gesekan-gesekan antar perut, gesekan-gesekan antar kulit. Kupejamkan
mataku agar indera sentuhku bekerja dengan sempurna dalam memberikan sarafku
kenikmatan sebuah persetubuhan.
“Sooddook..”
Tanpa rela kumelepaskan belitanku mulai kupompa memeknya dengan
melengkung-lengkunkan pinggulku. Tangan kiriku menyusup di bawah punggungnya
menggapai pinggir luar tetek kanannya, tangan kananku menyusup ke bawah
menjangkau ujung memek belahan belakang.
Kujawil-jawil.
Kaki-kakinya merangkul kaki-kakiku semakin erat. Digoyang naik turun pantatnya
seirama dengan maju mundurnya sodokanku. Nafas-nafas kami dalam dan berat dalam
mendukung kerja persetubuhan. Erangan-erangannya meningkahi sodokanku yang
kubikin dalam-dalam. Sedalam mungkin. Suara kecipak cairan memeknya mengiringi
maju mundurnya penisku yang memenuhi liang memeknya. Penuh. Diameter rudalku
tak menyisakan sela. Padat dan kesat. Itulah mengapa nyonyaku jadi keranjingan.
“Cepetin..
Cepetin.. Nyoddookknyaa.. Aah.. Ahh..”
Aku terus
menghujaminya bagaikan antan penumbuk padi yang terus bertalu-talu berirama
konstan. Kuingin melesak lebih dalam lagi. Lebih jauh lagi. Urat-urat rudalku
pasti sebesar-besar kabel listrik kalau bisa dilihat.
“Edaann..
Teruss.. Banggsaatt.. Jembbuut.. Konttoll.. Aahh.. Aahh.. Aahh.. Ayoo..
Genjott.. Teruss.. Teruss ”
Kejorokan
nyonyaku sudah tidak asing lagi di telingaku ketika persenggamaan sedang
mendaki puncak. Akan menambah daya hentak dan meluapkan sensasi-sensasi paling
primitif sang nafsu yang dimiliki makhluk hidup. Dengan cepat dan kasar
kubalikkan tubuhnya tengkurap lalu buru-buru kusodokkan lagi rudalku ke
memeknya melalui belakang. Kubelit lagi dirinya. Kususupkan kembali kedua
tanganku menjangkau tetek-teteknya secara menyilang. Kuremas-kuremas dengan
kasar. Kususupkan kepalaku di samping lehernya. Kuendus dan kuhisap leher
jenjangnya yang wanginya telah pudar karena leleran keringat.
“Plak..
Plok.. Plak.. Plok..” bunyi pantatnya beradu dengan selangkanganku. Kurangsak.
Klitorisnya lebih mudah kugasaki dari belakang. Kupercepat tonjokan-tonjokan ke
klitorisnya. Semakin menggila dia.
“Bajingann..
Sopirr.. Dassarr.. Teruss.. Yah.. Yah.. Bangsat.. Kamuu.. Adduh.. Ennakk..
Uahh.. Uahh.. Auhh.. Ahh.. Eaarghh.. Mmpphh.. Ooh..”
Semakin
cepat kedut-kedutan memeknya memijiti rudalku. Dan, “aahh.. Hh.. Aku
keluaarhh.. Russ.”
Mengejang
dia dan terangkat pantatnya kuat-kuat. Namun masih saja kugasaki sampai
beberapa detik akhirnya menyemburlah pancaran magma dari rudalku.
“Jrrott..
Jroott.. Crrott ” Liangnya kupenuhi dengan semburan-semburan maniku. Lemas.
Masih kutumpangi dia. Tersengal-sengal nafas kami. Kugesek-kegesekin hidungku
ke lehernya.
****
Awal
bagaimana akhirnya kami memadu asmara begini yaitu ketika setelah mengantar
anak-anaknya sekolah. Ketika berangkat mengantar anak-anaknya sekolah nyonya
duduk sama yang kecil di belakang. Yang gede di depan di sampingku. Mereka
kelas 5 dan kelas 2. Cewek semua. Pada jalan pulang nyonya duduk di depan. Dia
memintaku untuk tidak langsung pulang. Dimintanya aku masuk tol dalam kota.
Kami berputar-putar beberapa kali.
Rupanya
sudah agak lama dia sebenarnya ingin curhat. Berhubung nyonyaku membatasi
pergaulannya sejak menikah demi suaminya, maka pergaulannya jadi amat terbatas.
Sebatas keluarga dan para pembantu-pembantunya, termasuk aku sebagai sopirnya.
Sehingga ketika nggak tahan untuk bercurhat maka akulah yang tersedia untuk
menjadi sasaran tumpahan emosinya. Lebih mudah dan lebih terjaga kerahasiaannya
karena dilakukan di luar rumah, sambil keliling-keliling seperti sekarang ini.
Rupanya jatah dari tuan baik dalam bentuk perhatian maupun keintiman dirasanya
kurang. Nyonya memaklumi kesibukan tuan, namun sebagai wanita yang masih kuat
kebutuhan emosi dan biologisnya menuntut jatah yang normal ketimbang cuma
sebulan sekali atau paling banter 2 kali. Tidak terus terang sih ngomongnya,
tapi diserempetin.
“Kamu sama
isterimu berapa kali dalam sebulan berkasih-kasihan, Rus?”
“Seminggu
sekali atau ya bisa dua tiga kali, Nya.”
“Wah
bahagia sekali dong isterimu ya.”
“Ya namanya
kewajiban suami untuk membahagiakan isteri mau gimana lagi.”
Lalu diam
seperti melamun. Waktu aku mau oper gigi persneling rupanya tanpa sengaja
tanganku menyinggung pahanya. Baru kusadari rupanya nyonya duduknya agak mepet
ke tongkat persneling. Aku minta maaf. Nyonya diam saja. Seerr juga aku
sebenarnya. Tapi aku mana berani memikirkan kejadian barusan. Entah ini sudah
putaran yang ke berapa tapi nyonya masih minta diputerin lagi. Kalau ada yang
tahu berapa kali kami muterin Jakarta pasti mikir ini orang mau jalan-jalan
tapi maunya irit ya. Sekali bayar tol tapi puas muter-muter. Ketika mau pindah
gigi lagi aku sebenarnya sudah agak sungkan-sungkan tapi harus kulakukan karena
aku sudah mengurangi kecepatan.
Semoga
sudah geser duduknya. Eh lhadalah, kesenggol lagi. Busyet ini nyonya kayak
nggak peduli atau sengaja. Sempet kurasakan tadi kalau yang kesenggol bukan
kain, lebih halus dari itu, pura-pura nengok spion sebelah kiri maka dengan
sudut mataku kucoba cari info apa yang sebenarnya kusenggol tadi apakah benar
kulit manusia. Nyonyaku ikut nengok melihat spion kiri. Kesempatan dalam waktu
sedetik kulihat ke lokasi persenggolan tadi.
Benar. Deg.
Ternyata pahanya yang kesenggol tadi. Wah rok nyonya kok telah tersingkap.
Sadar nggak ya dia. Kubiarkan. Ternyata rok yang dipakai ada belahan tinggi di
sisi kanan, dan kini belahannya ternyata telah menyibakkannya diri sedemikian
rupa sampai.. Pangkalnya. Deg. Deg. Wah. Eh secepat kilat nyonya membalikkan
kepalanya ke arahku dan ada senyum tipis. Matanya menatapku tanpa sepatah
katapun. Terus kembali lurus menatap jalan di depan.
“Nggak
apa-apa kok” Modar kowe. Meriang panas dingin sekarang hawa tubuh yang
kurasakan. Sebagai lelaki bangkitlah keberanianku mencandainya.
“Nggak
apa-apa gimana, Nya?”
“Nyenggol-nyenggolnya
tadi itu.”
“Maaf gak
sengaja, Nya.”
“Sengaja
juga nggak apa-apa.”
“Ah nyonya,
mana berani.”
“Lho,
inikan dikasih ijin. O enggak mau ya sama aku? Ya sudah kalo gitu”
“Wadduh
Nya, mana ada lelaki yang sebodoh itu. Nyonya itu cantik banget. Saya minder di
dekat nyonya, sungguh.”
“Ah masak
sih.”
Tiba-tiba
tangan kiriku diraihnya dan disentuhkan ke pahanya. Yang kesenggol tadi, ingat?
Ehhm, kutatapnya dia. Saya balasannya. Mulai berani kugerakkan tangan kiriku
yang beruntung itu, lebih menyerupai mengelus. Nyonyaku mulai bersandar. Agak
dimajukan duduknya sehingga pahanya semakin mudah kujangkau. Coba kutelusuri
menuju pangkal. Merem dia. Agak ke dalam lagi. Lalu sampai pangkal.
“Ah.”
Lenguhan pendeknya keluar. Kuusap-usapnya pangkal pahanya, tempat sang memek
bersemayam. Mendesah dia. Tiba-tiba tangan kanannya menerobos ke pangkalanku
juga.
“Oh, gede
punyamu, Min.”
“Bagilah
dirimu denganku selain istrimu, maukan Rus?”
Aku diam.
Semua ini terjadi mendadak. Lalu aku nafsu dan mengangguk. Dan kami terus
saling mengusap sampai bocor bersama. Sebenarnya sejak kejadian itu dia
menyatakan menyesal karena telah berbuat sejauh itu yang tidak terbayangkan
sebelumnya. Dia berjanji untuk tidak mengulanginya karena akan menyakiti hati
suaminya dan isteriku kalau ketahuan nanti. Aku setuju. Tapi waktu jua yang
akhirnya mengalahkan kami sesuai kodrat alam yang minta dipenuhi.
Akhirnya
kami mengulanginya dan mengulanginya lagi sampai akhirnya benar-benar alat
vital kami beradu. Pernah aku sarankan untuk mencari gigolo-gigolo saja yang
tampan dan keren daripada aku yang hanya bagian dari kumpulan manusia kasar,
jelek dan rendah. Dia hanya menggeleng. Mungkin dia ingin kerahasiaannya lebih
terjaga kalau berhubungan dengan satu orang saja. Orang terdekatnya. Apakah
demi status sosialnya atau martabatnya atau nama baiknya. Entahlah. Atau takut
menjurus ke arah kecanduan, cenderung ingin mencoba-coba berbagai jenis pria.
Entahlah. Atau memang sudah tercukupi kebutuhannya.
Entahlah.
Atau memang bagian dari fantasinya, mencoba ekstrimitas, menikmati dunia-dunia
kasar. Entahlah juga. Kalau aku jelas, sulit menghindari daya pikat wanita dari
kelas yang jauh di atasku dan memiliki kecantikan yang bagaikan putri dari
langit. Lalu kapan lagi. Hehe…
4 Response to "Sopir dan Nyonya"
Call atau WA 085852087449 untuk pesan opium spray obat tepat agar bisa ML dengan nyonya yang cantik dan seksi.
cerita yang bagus
OBAT PEBESAR PENIS obat pembesar penis anabolic rx24
OBAT PEBESAR PENIS ANABOLIC RX24
OBAT PEBESAR PENIS HAMMER ASLI
OBAT PEBESAR PENIS ANABOLIC
OBAT PEBESAR PENIS ANABOLIC ASLI
OBAT PEBESAR PENIS HAMMER OF THOR
OBAT PEMBESAR PENIS TITAN GEL ASLI
OBAT PEMBESAR PENIS TITAN GEL
OBAT PEMBESAR PENIS HAMMER OF THOR ASLI
OBAT PEMBESAR PENIS HAMMER OF THOR ASLI
OBAT PEMBESAR PENIS KLG
klik
OBAT PEMBESAR PENIS TANGERANG
Posting Komentar