Silahkan dinikmati saja & berpikirlah positif karenna ccerita ini hanya untuk hiburan belaka. PERHATIAN!!! HANYA UNTUK 17 TAHUN KE ATAS....!!!!!
Sebenarnya
aku tidak istimewa, wajahku juga tidak terlalu tampan, tinggi dan bentuk
tubuhku juga biasa-biasa saja. Tidak ada yang istimewa dalam diriku. Tapi entah
kenapa aku banyak disukai wanita. Bahkan ada yang terang-terangan mengajakku
berkencan. Tapi aku tidak pernah berpikir sampai ke sana. Aku belum mau
pacaran. Waktu itu aku masih duduk di bangku kelas dua SMA. Padahal
hampir
semua teman-temanku yang laki, sudah punya pacar. Bahkan sudah ada yang
beberapa kali ganti pacar. Tapi aku sama sekali belum punya keinginan untuk
pacaran. Walau sebenarnya banyak juga gadis-gadis yang mau jadi pacarku.
Waktu itu
hari Minggu pagi. Iseng-iseng aku berjalan-jalan memakai pakaian olah raga.
Padahal aku paling malas berolah raga. Tapi entah kenapa, hari itu aku pakai
baju olah raga, bahkan pakai sepatu juga. Dari rumahku aku sengaja berjalan
kaki. Sesekali berlari kecil mengikuti orang-orang yang ternyata cukup banyak
juga yang memanfaatkan minggu pagi untuk berolah raga atau hanya sekedar
berjalan-jalan menghirup udara yang masih bersih.
Tidak
terasa sudah cukup jauh juga meninggalkan rumah. Dan kakiku sudah mulai terasa
pegal. Aku duduk beristirahat di bangku taman, memandangi orang-orang yang
masih juga berolah raga dengan segala macam tingkahnya. Tidak sedikit anak-anak
yang bermain dengan gembira.
Belum lama
aku duduk beristirahat, datang seorang gadis yang langsung saja duduk di
sebelahku. Hanya sedikit saja aku melirik, cukup cantik juga wajahnya. Dia
mengenakan baju kaos yang ketat tanpa lengan, dengan potongan leher yang lebar
dan rendah, sehingga memperlihatkan seluruh bahu serta sebagian punggung dan
dadanya yang menonjol dalam ukuran cukup besar. Kulitnya putih dan bersih
celana pendek yang dikenakan membuat pahanya yang putih dan padat jadi terbuka.
Cukup leluasa untuk memandangnya. Aku langsung berpura-pura memandang jauh ke
depan, ketika dia tiba-tiba saja berpaling dan menatapku.
“Lagi ada
yang ditunggu?”, tegurnya tiba-tiba.
Aku
terkejut, tidak menyangka kalau gadis ini menegurku. Cepat-cepat aku menjawab
dengan agak gelagapan juga. Karena tidak menduga kalau dia akan menyapaku.
“Tidak…,
Eh, kamu sendiri..?”,aku balik bertanya.
“Sama, aku
juga sendirian”, jawabnya singkat.
Aku
berpaling dan menatap wajahnya yang segar dan agak kemerahan. Gadis ini bukan
hanya memiliki wajah yang cukup cantik tapi juga punya bentuk tubuh yang bisa
membuat mata lelaki tidak berkedip memandangnya. Apalagi pinggulnya yang bulat
dan padat berisi. Bentuk kakinya juga indah. Entah kenapa aku jadi tertarik
memperhatikannya. Padahal biasanya aku tidak pernah memperhatikan wanita sampai
sejauh itu.
“Jalan-jalan
yuk…”, ajaknya tiba-tiba sambil bangkit berdiri.
“Kemana?”,
tanyaku ikut berdiri.
“Kemana
saja, dari pada bengong di sini”, sahutnya.
Tanpa
menunggu jawaban lagi, dia langsung mengayunkan kakinya dengan gerakan yang
indah dan gemulai. Bergegas aku mengikuti dan mensejajarkan ayunan langkah kaki
di samping sebelah kirinya. Beberapa saat tidak ada yang bicara. Namun
tiba-tiba saja aku jadi tersentak kaget, karena tanpa diduga sama sekali, gadis
itu menggandeng tanganku. Bahkan sikapnya begitu mesra sekali. Padahal baru
beberapa detik bertemu. Dan akujuga belum kenal namanya.
Dadaku
seketika jadi berdebar menggemuruh tidak menentu. Kulihat tangannya begitu
halus dan lembut sekali. Dia bukan hanya menggandeng tanganku, tapi malah
mengge1ayutinya. Bahkan sesekali merebahkan kepalanya dibahuku yang cukup
tegap.
“Eh, nama
kamu siapa…?”, tanyanya, memulai pembicaraan lebih dulu.
“Angga”,
sahutku.
“Akh..,
kayak nama perempuan”, celetuknya. Aku hanya tersenyum saja sedikit.
“Kalau aku
sih biasa dipanggil Ria”, katanya langsung memperkenalkan diri sendiri. Padahal
aku tidak memintanya.
“Nama kamu
bagus”, aku memuji hanya sekedar berbasa-basi saja.
“Eh, boleh
nggak aku panggil kamu Mas Angga?, Soalnya kamu pasti lebih tua dariku”,·
katanya meminta.
Aku hanya
tersenyum saja. Memang kalau tidak pakai seragam Sekolah, aku kelihatan jauh
lebih dewasa. Padahal umurku saja baru tujuh belas lewat beberapa bulan. Dan
aku memperkirakan kalau gadis ini pasti seorang mahasiswi, atau karyawati yang
sedang mengisi hari libur dengan berolah raga pagi. Atau hanya sekedar
berjalan-jalan sambil mencari kenalan baru.
“Eh, bubur
ayam disana nikmat lho. Mau nggak…?”, ujarnya menawarkan, sambil menunjuk
gerobak tukang bubur ayam.
“Boleh”,
sahutku.
Kami
langsung menikmati bubur ayam yang memang rasanya nikmat sekali. Apa lagi
perutku memang lagi lapar. Sambil makan, Ria banyak bercerita. Sikapnya begitu
riang sekali, membuatku jadi senang dan seperti sudah lama mengenalnya. Ria
memang pandai membuat suasana jadi akrab.
Selesai
makan bubur ayam, aku dan gadis itu kembali berjalan-jalan. Sementara matahari
sudah naik cukup tinggi. Sudah tidak enak lagi berjalan di bawah siraman
teriknya mentari. Aku bermaksud mau pulang. Tanpa diduga sama sekali, justru
Ria yang mengajak pulang lebih dulu.
“Mobilku di
parkir disana…”, katanya sambil menunjuk deretan mobil-mobil yang cukup banyak
terparkir.
“Kamu bawa
mobil…?”, tanyaku heran.
“Iya.
Soalnya rumahku kan cukup jauh. Malas kalau naik kendaraan umum”, katanya
beralasan.
“Kamu sendiri…?”
Aku tidak
menjawab dan hanya mengangkat bahu saja.
“Ikut aku
yuk…”, ajaknya langsung.
Belum juga
aku menjawab, Ria sudah menarik tanganku dan menggandeng aku menuju ke
mobilnya. Sebuah mobil starlet warna biru muda masih mulus, dan tampaknya masih
cukup baru. Ria malah meminta aku yang mengemudi. Untungnya aku sering pinjam
mobil Papa, jadi tidak canggung lagi membawa mobil. Ria langsung menyebutkan
alamat rumahnya. Dan tanpa banyak tanya lagi, aku langsung mengantarkan gadis
itu sampai ke rumahnya yang berada di lingkungan komplek perumahan elite.
sebenarnya aku mau langsung pulang. Tapi Ria menahan dan memaksaku untuk
singgah.
“Ayo..”,
Sambil menarik tanganku, Ria memaksa dan membawaku masuk ke dalam rumahnya.
Bahkan dia langsung menarikku ke lantai atas. Aku jadi heran juga dengan
sikapnya yang begitu berani membawa laki-laki yang baru dikenalnya ke dalam
kamar.
“Tunggu
sebentar ya…”, kata Ria setelah membawaku ke dalam sebuah kamar.
Dan aku
yakin kalau ini pasti kamar Ria. Sementara gadis itu meninggalkanku seorang
diri, entah ke mana perginya. Tapi tidak lama dia sudah datang lagi. Dia tidak
sendiri, tapi bersama dua orang gadis lain yang sebaya dengannya. Dan
gadis-gadis itu juga memiliki wajah cantik serta tubuh yang ramping, padat dan
berisi.
Aku jadi
tertegun, karena mereka langsung saja menyeretku ke pembaringan. Bahkan salah
seorang langsung mengikat tanganku hingga terbaring menelentang di ranjang.
Kedua kakiku juga direntangkan dan diikat dengan tali kulit yang kuat. Aku
benar-benar terkejut, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Karena kejadiannya
begitu cepat dan tiba-tiba sekali, hingga aku tidak sempat lagi menyadari.
“Aku dulu…,
Aku kan yang menemukan dan membawanya ke sini”, kata Ria tiba-tiba sambil
melepaskan baju kaosnya.
Kedua bola mataku
jadi terbeliak lebar. Ria bukan hanya menanggalkan bajunya, tapi dia melucuti
seluruh penutup tubuhnya. Sekujur tubuhku jadi menggigil, dadaku berdebar, dan
kedua bola mataku jadi membelalak lebar saat Ria mulai melepaskan pakaian yang
dikenakannya satu persatu sampai polos sama sekali.. Akhh tubuhnya luar biasa
bagusnya.. baru kali ini aku melihat payudara seorang gadis secara dekat,
payudaranya besar dan padat. Bentuk pinggulnya ramping dan membentuk bagai
gitar yang siap dipetik, Bulu-bulu vaginanya tumbuh lebat di sekitar
kemaluannya. Sesaat kemudian Ria menghampiriku, dan merenggut semua pakaian
yang menutupi tubuhku, hingga aku henar-benar polos dalam keadaan tidak
berdaya. Bukan hanya Ria yang mendekatiku, tapi kedua gadis lainnya juga ikut mendekati
sambil menanggalkan penutup tubuhnya.
“Eh,
apa-apaan ini? Apa mau kalian…?”, aku membentak kaget.
Tapi tidak
ada yang menjawab. Ria sudah menciumi wajah serta leherku dengan hembusan
napasnya yang keras dan memburu. Aku menggelinjang dan berusaha meronta. Tapi
dengan kedua tangan terikat dan kakiku juga terentang diikat, tidak mudah
bagiku untuk melepaskan diri. Sementara itu bukan hanya Ria saja yang menciumi
wajah dan sekujur tubuhku, tapi kedua gadis lainnya juga melakukan hal yang
sama.
Sekujur
tubuhku jadi menggeletar hebat Seperti tersengat listrik, ketika merasakan
jari-jari tangan Ria yang lentik dan halus menyambar dan langsung meremas-remas
bagian batang penisku. Seketika itu juga batang penisku tiba-tiba
menggeliat-geliat dan mengeras secara sempurna, aku tidak mampu melawan rasa
kenikmatan yang kurasakan akibat penisku di kocok-kocok dengan bergairah oleh
Ria. Aku hanya bisa merasakan seluruh batangan penisku berdenyut-denyut nikmat.
Aku
benar-benar kewalahan dikeroyok tiga orang gadis yang sudah seperti kerasukan
setan. Gairahku memang terangsang seketika itu juga. Tapi aku juga ketakutan
setengah mati. Berbagai macam perasaan berkecamuk menjadi satu. Aku ingin
meronta dan mencoba melepaskan diri, tapi aku juga merasakan suatu kenikmatan
yang biasanya hanya ada di dalam hayalan dan mimpi-mimpiku.
Aku
benar-benar tidak berdaya ketika Ria duduk di atas perutku, dan menjepit
pinggangku dengan sepasang pahanya yang padat. Sementara dua orang gadis
lainnya yang kutahu bernama Rika dan Sari terus menerus menciumi wajah, leher
dan sekujur tubuhku. Bahkan mereka melakukan sesuatu yang hampir saja membuatku
tidak percaya, kalau tidak menyaksikan dengan mata kepala sendiri.
Saat itu
juga aku langsung menyadari kalau gadis-gadis ini bukan hanya menderita
penyakit hiperseks, tapi juga biseks. Mereka bisa melakukan dan mencapai
kepuasan dengan lawan jenisnya, dan juga dengan sejenisnya. Bahkan mereka juga
menggunakan alat-alat untuk mencapai kepuasan seksual. Aku jadi ngeri dan takut
membayangkannya.
Sementara
itu Ria semakin asyik menggerak-gerakkan tubuhnya di atas tubuhku. Meskipun ada
rasa takut dalam diriku, tetapi aku benar-benar merasakan kenikmatan yang amat
sangat, baru kali ini penisku merasakan kelembutan dan hangatnya lubang vagina
seorang gadis, lembut, rapat dan sedikit basah, Riapun merasakan kenikmatan
yang sama, bahkan sesekali aku mendengar dia merintih tertahan. Ria terus
menggenjot tubuhnya dengan gerakan-gerakan yang luar biasa cepatnya membuatku
benar-benar tidak kuasa lagi menerima kenikmatan bertubi-tubi aku berteriak
tertahan. Ria yang mendengarkan teriakanku ini tiba-tiba mencabut vaginanya dan
secara cepat tangannya meraih dan menggenggam batang penisku dan melakukan gerakan-gerakan
mengocok yang cepat, hingga tidak lebih dari beberapa detik kemudian aku
merasakan puncak kenikmatan yang luar biasa berbarengan dengan spermaku yang
menyemprot dengan derasnya. Ria terus mengocok-ngocok penisku sampai spermaku
habis dan tidak bisa menyemprot lagi tubuhku merasa ngilu dan mengejang.
Tetapi Ria
rupanya tidak berhenti sampai disitu, kemudian dengan cepat dia dibantu dengan
kedua temannya menyedot seluruh spermaku yang bertebaran sampai bersih dan
memulai kembali menggenggam batang penisku erat-erat dengan genggaman tangannya
sambil mulutnya juga tidak lepas mengulum kepala penisku. Perlakuannya ini
membuat penisku yang biasanya setelah orgasme menjadi lemas kini menjadi
dipaksa untuk tetap keras dan upaya Ria sekarang benar-benar berhasil. Penisku
tetap dalam keadaan keras bahkan semakin sempurna dan Ria kembali memasukkan
batangan penisku ke dalam vaginanya kembali dan dengan cepatnya Ria menggenjot
kembali vaginanya yang sudah berisikan batangan penisku.
Aku
merasakan agak lain pada permainan yang kedua ini. Penisku terasa lebih kokoh,
stabil dan lebih mampu meredam kenikmatan yang kudapat. Tidak lebih dari
sepuluh menit Ria memperkosaku, tiba-tiba dia menjerit dengan tertahan dan Ria
tiba-tiba menghentikan genjotannya, matanya terpejam menahan sesuatu, aku bisa
merasakan vagina Ria berdenyut-denyut dan menyedot-nyedot penisku, hingga
akhirnya Ria melepaskan teriakannya saat ia merasakan puncak kenikmatannya. Aku
merasakan vagina Ria tiba-tiba lebih merapat dan memanas, dan aku merasakan
kepala penisku seperti tersiram cairan hangat yang keluar dari vagina Ria. Saat
Ria mencabut vaginanya kulihat cairan hangat mengalir dengan lumayan banyak di
batangan penisku..
Setelah Ria
Baru saja mendapatkan orgasme, Ria menggelimpang di sebelah tubuhku. Setelah
mencapai kepuasan yang diinginkannya, melihat itu Sari langsung menggantikan
posisinya. Gadis ini tidak kalah liarnya. Bahkan jauh lebih buas lagi daripada
Ria. Membuat batanganku menjadi sedikit sakit dan nyeri. Hanya dalam tidak
sampai satu jam, aku digilir tiga orang gadis liar. Mereka bergelinjang
kenikmatan dengan dalam keadaan tubuh polos di sekitarku, setelah masing-masing
mencapai kepuasan yang diinginkannya.
Sementara
aku hanya bisa merenung tanpa dapat berbuat apa-apa. Bagaimana mungkm aku bisa
melakukan sesuatu dengan kedua tangan dan kaki terikat seperti ini…?
Aku hanya
bisa berharap mereka cepat-cepat melepaskan aku sehingga aku bisa pulang dan
melupakan semuanya. Tapi harapanku hanya tinggal angan-angan belaka. Mereka
tidak melepaskanku, hanya menutupi tubuhku dengan selimut. Aku malah ditinggal
seorang diri di dalam kamar ini, masih dalam keadaan telentang dengan tangan
dan kaki terikat tali kulit. Aku sudah berusaha untuk melepaskan diri. Tapi
justru membuat pergelangan tangan dan kakiku jadi sakit. Aku hanya bisa
mengeluh dan berharap gadis-gadis itu akan melepaskanku.
Sungguh aku
tidak menyangka sama sekali. Ternyata ketiga gadis itli tidak mau melepaskanku.
Bahkan mereka mengurung dan menyekapku di dalam kamar ini. Setiap saat mereka
datang dan memuaskan nafsu birahinya dengan cara memaksa. Bahkan mereka
menggunakan obat-obatan untuk merangsang gairahku. Sehingga aku sering kali
tidak menyadari apa yang telah kulakukan pada ketiga gadis itu. Dalam pengaruh
obat perangsang, mereka melepaskan tangan dan kakiku. Tapi setelah mereka
mencapai kepuasan, kembali mengikatku di ranjang ini. Sehingga aku tidak bisa
meninggalkan ranjang dan kamar ini.
Dan secara
bergantian mereka mengurus makanku. Mereka memandikanku juga di ranjang ini
dengan menggunakan handuk basah, sehingga tubuhku tetap bersih. Meskipun mereka
merawat dan memperhatikanku dengan baik, tapi dalam keadaan terbelenggu seperti
ini siapa yang suka? Berulang kali aku meminta untuk dilepaskan. Tapi mereka
tidak pernah menggubris permintaanku itu. Bahkan mereka mengancam akan
membunuhku kalau berani berbuat macam-macam. Aku membayangkan kalau orang tua
dan saudara-saudara serta semua temanku pasti kebingungan mencariku.
Karena
sudah tiga hari aku tidak pulang akibat disekap gadis-gadis binal dan liar ini.
Meskipun mereka selalu memberiku makanan yang lezat dan bergizi, tapi hanya
dalam waktu tiga hari saja tubuhku sudah mulai kelihatan kurus. Dan aku sama
sekali tidak punya tenaga lagi. Bahkan aku sudah pasrah. Setiap saat mereka
selalu memaksaku menelan obat perangsang agar aku tetap bergairah dan bisa
melayani nafsu birahinya. Aku benar-benar tersiksa. Bukan hanya fisik, tapi
juga batinku benar-benar tersiksa. Dan aku sama sekali tidak berdaya untuk
melepaskan diri dari cengkeraman gadis-gadis binal itu.
Tapi
sungguh aneh. Setelah lima hari terkurung dan tersiksa di dalam kamar ini, aku
tidak lagi melihat mereka datang. Bahkan sehari semalam mereka tidak kelihatan.
Aku benar-benar ditinggal sendirian di dalam kamar ini dalam keadaan terikat
dan tidak berdaya. Sementara perutku ini terus menerus menagih karena belum
diisi makanan. Aku benar-benar tersiksa lahir dan batin.
Namun
keesokan harinya, pintu kamar terbuka. Aku terkejut, karena yang datang bukan
Ria, Santi atau Rika Tapi seorang lelaki tua, bertubuh kurus. Dia langsung
menghampiriku dan membuka ikatan di tangan dan kaki. Saat itu aku sudah
benar-benar lemah, sehingga tidak mampu lagi untuk bergerak. Dan orang tua ini
memintaku untuk tetap berbaring. Bahkan dia memberikan satu stel pakaian, dan
membantuku mengenakannya.
“Tunggu
sebentar, Bapak mau ambilkan makanan”, katanya sambil berlalu meninggalkan
kamar ini.
Dan memang
tidak lama kemudian dia sudah kembali lagi dengan membawa sepiring nasi dengan
lauk pauknya yang mengundang selera. Selama dua hari tidak makan, membuat nafsu
makanku jadi tinggi sekali. Sebentar saja sepiring nasi itu sudah habis
berpindah ke dalam perut. Bahkan satu teko air juga kuhabiskan. Tubuhku mulai
terasa segar. Dan tenagaku berangsur pulih.
“Bapak ini
siapa?”, tanyaku
“Saya
pengurus rumah ini”, sahutnya.
“Lalu,
ketiga gadis itu..”, tanyaku lagi.
“hh…,
Mereka memang anak-anak nakal. Maafkan mereka, Nak…”, katanya dengan nada
sedih.
“Bapak
kenal dengan mereka?”, tanyaku.
“Bukannya
kenal lagi. Saya yang mengurus mereka sejak kecil. Tapi saya tidak menyangka
sama sekali kalau mereka akan jadi binal seperti itu. Tapi untunglah, orang tua
mereka telah membawanya pergi dari sini. Mudah-mudahan saja kejadian seperti
ini tidak terulang lagi”, katanya menuturkan dengan mimik wajah yang sedih.
Aku juga
tidak bisa bilang apa-apa lagi. Setelah merasa tenagaku kembali pulih, aku
minta diri untuk pulang. Dan orang tua itu mengantarku sampai di depan pintu.
Kebetulan sekali ada taksi yang lewat. Aku langsung mencegat dan meminta supir
taksi mengantarku pulang ke rumahku. Di dalam perjalanan pulang, aku mencoba
merenungi semua yang baru saja terjadi.
Aku benar-benar
tidak mengerti, dan hampir tidak percaya. Seakan-akan semua yang terjadi hanya
mimpi belaka. Memang aku selalu menganggap semua itu hanya mimpi buruk. Dan aku
tidak berharap bisa terulang lagi. Bahkan aku berharap kejadian itu tidak
sampai menimpa orang lain. Aku selalu berdoa semoga ketiga gadis itu menyadari
kesalahannya dan mau bertobat. Karena yang mereka lakukan itu merupakan suatu
kesalahan besar dan perbuatan hina yang seharusnya tidak perlu terjadi.
No Response to "Diperkosa 3 Gadis"
Posting Komentar